Terlahir sebagai anak pertama,
membuatku tidak pernah merasakan kehadiran seorang kakak. Apalagi ayahku
sendiri juga anak pertama, jadi kakak sepupu pun tidak ada. Beruntungnya ibuku
adalah anak terakhir, jadi aku memiliki setidaknya ada lima kakak sepupu.
Tetapi, lima dari mereka cuma satu yang dekat denganku. Kita biasa
memanggilnmya mbak Puput. Mungkin karena dia yang sering main ke rumah saat
liburan sekolah, maklum karena rumah kita yang begitu jauh jadi butuh waktu
liburan sekolah untuk berkunjung, membuatku lebih dekat daripada dengan
kakak-kakak yang lain. Usia kita juga tidak terpaut begitu jauh, dia lebih tua
dua tahun dariku.
Dia kalau main ke rumah waktu
liburan sekolah bisa satu minggu full. Aku sering merasa tidak rela jika waktu
liburan usai, karena itu pertanda dia harus pulang. Ada banyak kenangan
bersamanya. Paling sering, karena waktu itu kita masih anak-anak, main bareng
:-D
Tapi ada sie sesuatu yang lucu,
menurutku. Waktu itu aku masih kelas satu SD. Dulu di salah satu stasiun TV ada
yang nayangin drama Taiwan mungkin atau Thailand aku kurang begitu paham.
Judulnya ‘Kutukan’. Jadi ada manusia yang berubah menjadi serigala kalau malam
datang. Si manusia serigala tinggal sendirian, dan dia suka minum darah manusia
dan banyak korban dari penduduk tempat dia tinggal karena dia. Drama ini punya
soundtrack yang aku sendiri gak tahu maksudnya apa, dulu. Kira-kira begini
liriknya, “Cinta sungguh kejam, mengapa kau pergi, ku kan tetap mencarimu, di
manapun kau berada.” Dengan polosnya aku tanya sama kakakku, yang aku yakin
sebenarnya dia juga bingung yang mau jawab. “Mbak, emang cinta itu kejam?” Dia
jawab, “Ya kalau gak nakal, berarti gak kejam.” Ya, benar juga sie :-D
Aku sebagai anak perempuan entah
kenapa dulu gak mau didandanin. Kaya rambut dikepang, dikuncir,
dimacem-macemin. Gak kaya anak-anak perempuan yang lain. Tapi, kalau ada
kakakku di rumah, ibuku bisa dengan leluasa mendandani dia, soalnya dia cewek
banget anaknya. Serasa punya anak baru mungkin.
Waktu aku kelas empat SD, ibunya
meninggal. Dan aku merasa tidak tega melihatnya. Waktu aku berkunjung ke
rumahnya, dia lebih memilih menyendiri daripada harus bergabung dengan yang
lain. Aku tidak tahu harus bilang apa padanya. Sampai hingga suatu saat aku
bertanya padanya, “Mbak, kamu gak takut kalau punya ibu tiri?” “Kenapa emang?”
tanyanya. “Di tv-tv kan ibu tiri pada jahat semua,” jawabku yang masih
terpengaruh dengan sinetron di tv. Dia menjawab dengan wajah yang bisa aku
artikan tidak rela jika harus memiliki ibu lagi, “ Ya, kan tidak semua tiri
jahat.” Aku hanya terdiam.
Waktu itu di sore hari, aku masih
kelas enam SD, ibuku pulang dari kerja dengan
tergesa-gesa. Ibuku membawa kabar kalau kakakku telah meninggal. Memang sebelum
meninggal dia sakit tipus dan sempat dirawat di rumah sakit. Seketika aku masuk
kamar dan nangis sejadi-jadinya. Aku merasa kehilangan dia. Tidak ada lagi yang
nemenin waktu liburan. Liburan hanya liburan saja, tidak ada yang istimewa.
Banyak air mata mengiringi
kepergiannya. Air mata adiknya, ayahnya. Hanya kakaknya yang terlihat tegar
menerima kepergiannya. Aku tidak tahu harus berkata apa saat itu.
Sudah 13 tahun dia
meninggalkan ku dan yang lainnya, dan sampai tulisan ini dibuat, aku ingin
menangis mengenangnya. Terlalu indah waktu bersamanya. Walau itu hanya sebentar
dan tidak bisa aku ceritakan semua di sini. Kehadirannya membuatku bisa
merasakan bagaimana rasanya memiliki seorang kakak. Semoga kau tenang di
sisiNya mbak. #i_ still_feel_loosing_you
Komentar
Posting Komentar