Langsung ke konten utama

Sama Tapi Beda, "

Waktu itu di tahun 2011, pernah aku dan temanku berkunjung ke sebuah sekolah. Tujuannya sie buat ngamatin pembelajaran di sekolah itu. Emmm...cukup membingungkan bagiku dan mungkin untuk guru dan muridnya. Karena satu ruang kelas dibagi untuk dua kelas. Maklum, akan ada pembangunan gedung baru, jadi mau tidak mau ruang kelas harus dibagi menjadi dua.

Lumayan rame sie, maklumlah yang aku amati adalah sekolah TK. Hehehe. Jadi ingat masa-masa TK dulu, yang kerjaannya kalau di sekolah cuma gambar, mewarnai, nyanyi, latihan nulis, dengerin cerita, pokoknya masa TK itu lebih asik dari masa SMA (ya iya lah). Beda dengan TK sekarang yang dituntut harus bisa baca, nulis, berhitung, dan TK udah semakin ribet. Apalagi yang lain coba?

Balik ke ruang kelas. Namanya juga anak-anak, ada yang waktu diterangin fokus, ada juga yang ngobrol bareng temennya (daripada ngobrol sendiri, entar dikira gila lagi). Ngomong-ngomong sama kayak anak sekolah menengah ya? Jangan-jangan itu memang bawaan sejak TK.

Yang paling asik itu pas mereka ngerjain tugas, bisa ngeliat proses anak kecil yang lagi menuntaskan tugas suci, yaitu memecahkan masalah, berupa tugas yang diberikan kepada mereka. Penasaran aku dibuatnya, gimana cara mereka ngerjain tugas. Aku baru bener-bener sadar, ternyata kemampuan anak itu beda-beda (jadi selama ini aku kemana aja!!!). Ada yang lambat, ada yang cepet, ada yang ngerjain sambil ngobrol tapi cepet pula selesainya. Hebat, kalau ada anak semacam ini. Udah ngerjain pake ngobrol lagi.

Jadi sebenarnya yang hebat itu gurunya kali ya? Setiap hari ngadepin mereka, sabar, telaten. Bisa memahami anak didiknya dengan macam-macam karakter dan kemampuan. Udah gitu bisa nganterin anak didiknya sampai gerbang penuh cahaya ilmu. Tanpa disadari guru juga suka dikerjain, diprotes ama muridnya, Tapi tetep... aja semangat ngajar. Kayaknya perlu ditelisik juga, apa rahasia di balik profesi sebagai guru.

Tiba saat istirahat, anak-anak pada jajan di kantin sekolah. Merasa perut udah nyanyi keroncong dari tadi, aku dan temenku ikutan jajan di kantin. Kecil si, maklumdeh yang jajan juga anak kecil. Lumayan lama kita nongkrong di kantin, dan ngobrollah kita dengan penjaga kantin. Sebut saja namanya Rika. Tanpa basa basi dia langsung curcol ama kita berdua.

"Saya itu ya mb, sama Bu Tantri (bukan nama asli) kepala sekolah sini, seumuran lho mb." Dia telah membuka rahasia, hal yang privacy menurut aku. Dan kita berdua cuma bisa "Ouch...".

Biar diterima dalam pergaulan, temanku nyambung sambil nyanjung, "Masa' si mb, kayaknya lebih muda mbake dech..."

"Iya bener kita seumuran. Hehehe"

"Hehehe". Kita menyambung tawanya.

Seiring dengan berakhirnya tawa yang kedengaran garing, aku berbisik ke temenku, "Eh. dunia ini aneh ya?"

"Kok bisa?"

"Iya, mereka seumuran tapi nasib tak sama. Yang satu jadi kepala sekolah, satunya lagi jadi penjaga kantin."

"Iya, bener banget."

Hmmm... Hidup. Ternyata dia memberikan pengalaman, nasib, dan kenangan yang berbeda kepada setiap insan yang menjalani hidup. Ada yang biasa, sedang, dan super. Kita masuk yang mana ya?

*ini ada beberapa foto yang sempet diambil at the moment


waktu lagi pada asik ngerjain tugas

suasana di dalam kelas



ingat, narsis juga bawaain dari kecil...


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aurora: Gadis Kecil dari Surga

Waktu itu antara bulan Oktober November 2015 (lupa tepatnya kapan), aku diajak temen –mb Ana- nengokin anak temannya yang sedang sakit di RS Dr. Moewardi Solo. Anak yang sakit itu sebut saja namanya Aurora, dia berindikasi memiliki leukimia. Umurnya masih balita, kira-kira tiga tahun. Badannya kurus, karena dia sulit diajak makan. Hari Jum’at itu, yaitu hari di mana kita nengok ke sana dia sedang membutuhkan transfusi darah 5 kantong, dan yang ia butuhkan adalah golongan darah B. Di PMI kebetulan stoknya tidak ada. Sebenarnya golongan darah ayahnya Aurora sama, tetapi karena kondisi fisik yang tidak memungkinkan, ia tidak diperkenankan untuk mendonorkan darahnya. Lalu dengan segala usaha, orangtuanya mencari siapa kira-kira dermawan yang rela mendonorkan darahnya. Ayahnya menghubungi beberapa temennya, yang mungkin bisa membantu anaknya. Mungkin ada 2 atau 3 temannya yang sudah mendonorkan darah ke PMI. Tapi sayang, ketika itu setelah sholat Jum’at ayahnya menanyakan darah yang

Guide Me All The Way

Segala sesuatu yang kita miliki di dunia memang tidak ada yang abadi. Semuanya hanya sementara. " Not to take anything for granted, always try to remember it ." Apa yang kita punya dan kita miliki sekarang this all will be end . Harta, keluarga, and everything . Bekal apa yang akan kita bawa besok  ketika berhadapan dengan-Nya? Tak sepatutnya juga kita doubt His love. Because He never let us go astray. Apa yang akan kita persembahkan untuk-Nya?