Langsung ke konten utama

MASIH ADA JALAN


“ Argh …..!!! “

 Aku mengerang kesakitan. Tidak tahu ini asalnya dari mana. Yang jelas saat ini aku butuh obat penenang untuk menenangkan jiwaku. Aku kesakitan, dingin rasanya, pandanganku kabur tak jelas. Ini sungguh menyakitkan. Ku dengar samar - samar suara orang mengetuk pintu kamarku.

 ‘ Tok tok tok ‘

 “ Iwan, kamu kenapa nak ? “

Aku mendengar suara itu, sepertinya  suara ibuku. Tapi aku tak mampu menjawab. Aku hanya menjawab dengan erangan.

“ Argh …..!!!” Aku tidak ingin ibuku tahu soal ini. Tapi di balik pintu kamarku ibu malah mengetuk pintu lebih keras. Seperti khawatir dengan keadaanku.

 “ Iwan !Iwan! Kamu kenapa nak ?!”  Tanya ibuku lagi. Tapi aku tak menggubrisnya.


Kali ini aku takut. Aku takut ibuku akan menjauhiku karena kesalahan yang aku perbuat. Aku telah mengecewakannnya. Aku frustasi, karena perceraian ayah dan ibuku. Sehingga aku melampiaskan dengan memakai barang haram. Aku belum lama memakainya. Baru 3 minggu. Tapi ini yang aku dapatkan. Aku lebih mengecewakan. Harusnya aku tak menambah beban ibu. Setelah bercerai dari ayah. Kini aku anaknya malah memakai narkoba.

Aku sakau. Tidak, aku tidak ingin mati sekarang karena tidak mendapatkan barang itu. Ku tidak tahu apa yang harus aku lakukan. Aku bingung. Lalu dari jendela luar ku dengar suara temanku. Suaranya sedikit berbisik.

 “ Iwan, Iwan, buka jendela kamarmu. Ini aku Rudi. Aku bawa barang pesenanmu kemarin.”

Aku langsung bangkit dari tempat tidurku dan membuka jendela kamarku. Aku ambil barang yang aku pesan dari Rudi.

 “ Makasih ya Rud. Kalau gak ada ini, mungkin sekarang aku sudah mati. Ibuku dari tadi mengetuk pintu kamarku. ”

“ Ok. Wan, ya udah aku pulang dulu. Takut ketahuan ibumu. “

 “ Ok, thank’s Rud. “

Aku langsung menelan pil haram itu. Setelah keadaan tubuhku mendingan. Aku berkaca di cermin kamarku. Aku berdialog dengan diriku. Mungkin kalau orang lain lihat, aku dikira sudah gila.

 “ Hei Wan. Lihat siapa dirimu sekarang. Kau sudah rusak. Masa depanmu sekarang begitu kelam gara-gara kelakuanmu. Ayah ibumu hanya pisah. Bukan berarti kau tak memiliki keduanya. Kau masih memiliki ayah. Hanya saja sekarang ia tak serumah denganmu. Iwan … ayolah buka kembali lembaran baru hidupmu. Terangiah hari-hari hidupmu  dengan menjauhi barang haram itu. Kasihan ibumu ,dia hanya punya kamu sekarang. Kakakmu ikut ayahmu. Sekarang kau satu-satunya orang yang paling dekat dengannya. Kau tega membuatnya lebih hancur. “

Lama aku berbicara sendiri didepan cermin. Sampai akhirnya aku berpikir, bagaimana caranya agar aku bisa sembuh dan terhindar dari barang ini. Aku ingin sembuh. Tapi, apakah secepat ini. Aku masih belum bisa.

 “ Argh …….. “

Aku menjerit dalam kamarku. Ini bukan karena rasa sakit akibat barang itu. Tapi ini karena aku bingung apa yang harus aku lakukan.
Aku bercermin lagi dan membersihkan mukaku dengan sapu tangan. Aku keluar dari kamarku. Aku mencari ibuku. Aku melihat ibuku sedang menangis di ruang tengah. Aku menghampiri ibuku.

 “ Kenapa ibu menangis ? “

Lama tak dijawab oleh ibuku. Aku terus bertanya kenapa menangis. Ibu memeluk diriku, pelukannya begitu erat seperti tidak mau kehilangan diriku.
Sambil menangis ibuku berkata, “ Sudah cukup Iwan. Sudah cukup. Ibu tidak mau lagi kehilangan orang yang ibu sayang. Sudah Iwan, cukup sampai disini saja. Hentikan Iwan, hentikan… “

Aku melepas pelukan ibu. “ Apa maksud ibu ? ”

“ Ibu tahu, kamu memakai narkoba kan ? Sudah Iwan jangan pakai barang itu lagi.”

Serasa disambar petir. Aku sangat terkejut. “Dari mana ibu tahu kalu aku memakai narkoba ? “

  “ Ira yang cerita sama ibu. Kalau kamu sering bolos sekolah. Dia kemarin juga tidak sengaja melihatmu sedang memakai barang itu di belakang sekolah. Tak hanya sekali itu saja dia melihatmu memakainya. Dia takut mau cerita. Tapi, karena dia kasihan sama ibu, dia lalu memberanikan diri buat cerita sama ibu.  Awalnya ibu tak percaya. Tapi setelah tadi ibu mendengar kamu menjerit kesakaitan, ibu tahu kalau kamu lagi sakau. Sudah iwan, jauhi barang itu. “

Kak Ira cerita ? Ternyata kak Ira yang selama ini.... Ku kira ia tidak peduli padaku, karena lebih memilih tinggal bersama ayah, dia malah lebih perhatian kepadaku melebihi diriku. Mataku berkaca-kaca. Aku memeluk ibuku.

“ Maafkan Iwan bu. Iwan frustasi karena  perceraian ayah dan ibu. Iwan salah melangkah bu.. “

Aku menangis di pelukannya. Ibu juga menangis.

“ Tenang Iwan , masih ada jalan untuk memperbaiki ini semua.” Aku mengangguk.

 Seminggu kemudian aku keluar dari sekolahku. Ibu menginginkan agar aku dipindahkan ke panti rehabilitasi khusus narkoba. Ini ibu lakukan karena ibu sayang denganku. Ibu tidak mau aku tersungkur ke lubang yang penuh lumpur dosa itu lagi. Sebagai gantinya, ayah merelakan kak Ira untuk menemani ibu selama aku pergi. Aku rela melakukan ini semua. Ini juga demi kebaikanku. Mungkin dengan ini juga aku akan membuat ibu bahagia. Terima kasih bu, kau masih bisa memasafkanku. Masih ada jalan untuk memperbaiki ini semua. Aku yakin itu. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aurora: Gadis Kecil dari Surga

Waktu itu antara bulan Oktober November 2015 (lupa tepatnya kapan), aku diajak temen –mb Ana- nengokin anak temannya yang sedang sakit di RS Dr. Moewardi Solo. Anak yang sakit itu sebut saja namanya Aurora, dia berindikasi memiliki leukimia. Umurnya masih balita, kira-kira tiga tahun. Badannya kurus, karena dia sulit diajak makan. Hari Jum’at itu, yaitu hari di mana kita nengok ke sana dia sedang membutuhkan transfusi darah 5 kantong, dan yang ia butuhkan adalah golongan darah B. Di PMI kebetulan stoknya tidak ada. Sebenarnya golongan darah ayahnya Aurora sama, tetapi karena kondisi fisik yang tidak memungkinkan, ia tidak diperkenankan untuk mendonorkan darahnya. Lalu dengan segala usaha, orangtuanya mencari siapa kira-kira dermawan yang rela mendonorkan darahnya. Ayahnya menghubungi beberapa temennya, yang mungkin bisa membantu anaknya. Mungkin ada 2 atau 3 temannya yang sudah mendonorkan darah ke PMI. Tapi sayang, ketika itu setelah sholat Jum’at ayahnya menanyakan darah yang

Guide Me All The Way

Segala sesuatu yang kita miliki di dunia memang tidak ada yang abadi. Semuanya hanya sementara. " Not to take anything for granted, always try to remember it ." Apa yang kita punya dan kita miliki sekarang this all will be end . Harta, keluarga, and everything . Bekal apa yang akan kita bawa besok  ketika berhadapan dengan-Nya? Tak sepatutnya juga kita doubt His love. Because He never let us go astray. Apa yang akan kita persembahkan untuk-Nya?