Di perantauan lama-lama
gak ada kerjaan itu enaknya dibuat jalan. Tapi kalau jalan2 pake bayar mahal,
kasian juga ni kantong. Jadi, jalan kemana ni enaknya yang murah gak pake
mahal.
Waktu itu kita bertiga,
aku, Ana ama Luluk, 3 makhluk lontang lantung di rantau mutusin buat jalan ke
Balekambang, Solo, yang masuknya gak pake bayar. Sambil nungguin keberangkatan
PPL ke Jakarta yang terpaut jarak 5 hari mending dibuat jalan dulu kan, biar
gak bosen. Inti dari jalan kali ini irit. Inget masih ada hari esok buat tugas
yang lebih berat. #lagaknya....
Balekambang bagi aku yang
bukan orang asli Solo layaknya OASIS di padang pasir. Solo yang panasnya bukan
main ku rasa, dan masih ada taman yang banyak pohon-pohon gedenya, itu sungguh
luar biasa. Di sana ada 2 patung perempuan, Partinah Bosch (Hutan Partinah) dan
Partini Tuin (Taman Air Partini). Kalau temen2 berkunjung ke Balekambang,
temen2 akan jumpa dengan 2 patung ini. Partinah ada di bagian depan diantara
rerimbunan pohon. Dan Partini ada di tengah-tengah kolam besar. Siapakah mereka? Tunggu jawabannya. : )
Taman Balekambang
merupakan taman kota seluas 9,8 Ha yang dibangun pada tahun 1921 oleh KGPAA
Mangkunegara VII. Taman ini dibangun untuk putri-putri tercinta, yaitu GRAy
Partini Husein Djayaningrat dan GRAy Partinah Sukanta.
Waktu jalan ke sana aku
sempat ngobrol ama seorang ibu yang entah siapa namanya aku juga lupa yang mo
nanya. Si Ibu udah 6 tahun kerja di Balekambang. Oke, sebut aja ibu X. Kata ibu
X, kenapa Partinah Bosch berada di antara rerimbunan pohon sedangkan Partini
Tuin berada di tengah-tengah kolam besar. Itu karena, Partinah suka berkebun,
sedangkan Partini suka dengan kolam. Terus kenapa warna patung Partinah hitam
dan Partini putih, itu kelupaan mau ditanyakan, sori ya fren. Hehe.
Wisata Taman Balekambang
(Balaikambang) memang wisata yang bisa dikatakan sangat sangat murah, atau bisa
dikatakan gak pakai bayar sama sekali,
kecuali kalau misal teman-teman pengin masuk Taman Reptil baru dikenai tarif
lima ribu per orang.
Masih dari ibu X lagi,
kenapa masuk Taman Balekambang gak pakai bayar? Ini karena dulu waktu Pak
Jokowi masih jadi walikota Solo, beliau memberikan instruksi kalau Taman
Balekambang dijadikan taman untuk rakyat Solo, jadi pihak pengelola Taman tidak
boleh memberikan tarif tiket masuk kepada pengunjung. Terkecuali kalau misal
ada acara besar seperti 7 hari pertama bulan Syawal kemarin, baru dikenai tarif
enam ribu rupiah.
Terus, kenapa kalau masuk
Taman Reptil pakai bayar? Ini menurut aku ya. Hewan kan juga butuh perawatan.
Hahaha. Tapi kita-kita gak masuk Taman Reptil. Soalnya kata bapak penjaga pintu
masuk Taman Reptil, yang di dalam hewannya ada buaya, ular and friends.
Ya udah bisa dibayangin lah ya bentuknya kaya’ apa. Alasan utama dan paling
mendasar adalah ngirit dan emang niat gak pengin keluar duit banyak. Hehehe.
Tapi kita masih bisa foto
dalamnya taman reptil. Meski hanya sebatas yang bisa diambil dari pintu masuk.
Maklum lah ya, gak pakai bayar, hehe.
Selain ada Taman Reptil,
di Taman Balekambang juga terdapat Bale Tirtayasa yang dekat kolam Partini
Tuin. Bagi yang hobi fishing bisa
bikin strike di sini, tarifnya
bisa dilihat di sana. Sori gak hafal. Hehe. Di kolam Partini Tuin juga menyediakan wisata apung. Kaya’ naik perahu
bebek yang pakai kayuh sendiri, atau naik perahu naga. Tarifnya murah banget, cuma
lima ribu perak.
Ada lagi yang namanya
Gedung Kesenian. Waktu itu Gedung Kesenian lagi ditutup. Mungkin karena lagi
gak ada event. Tapi di dinding luar gedung kesenian ini ada banyak
lukisan. Ada lukisan Arjuna, Bima, Dewi Kunti, Semar, Keris, Topeng, dll. Ada
juga 2 patung di luar gedung kesenian. Ntar teman-temen bisa lihat itu patung
apa.
Lukisan Dewi Kunti |
Oia, ada cerita di Gedung
Kesenian ini, waktu itu aku sama temanku, Luluk, lagi lihat lukisan Dewi Kunti.
Terus ada dua bapak yang kayaknya adalah
petugas di Gedung Kesenian deketin kita nguji wawasan dunia pewayangan kita berdua.
“Lukisan siapa itu mb?”
tanya bapak X.
“Dewi Kunti pak,” jawabku.
Langsung bisa ketebak kan. Ada tulisannya sie... hehehe.
“Dewi Kunti itu ibunya
siapa mb?” Tanya bapak yang satunya, sebut saja bapak Y. Haduh, niat ngetes ni
bapak-bapak, batinku.
“Itu pak ibunya Arjuna,”
jawabku. “Yah, yang dihafal cuma Arjuna,” komen bapak X.
“Lah gimana lagi pak,
orang cuma Arjuna yang mencari cinta. Hahaha.” Ikut ketawa juga mereka. “Sori
pak, bercanda. Anaknya ada Bima, pak.”
“Bima, terus siapa?”
“Yudhistira gak ya pak,”
aku masih ragu.
“Hayo siapa?” Niat ngetes bener ini. “Yang
paling tua diantara mereka,” bapaknya ngasih clue.
“Duryudana pak,” jawabku.
“Lah, Duryudana itu yang punya saudara seratus. Sekali lahir langsung seratus
anak.” Kata bapak X menjelaskan. Kok bisa gitu ada orang sekali ngelahirin
seratus orang. Itu waktu hamil besarnya seberapa. Kalau kembar dua aja udah susah
payah yang ngelahirin, apalagi ini seratus. Untung cuma cerita Mahabarata ya.
:D
“Nyerah lah pak,” kataku.
“Yang pertama itu Yudhistira,” kata bapak X lagi. Ya itu maksud saya. Giliran
kita udah mau pergi, bapaknya masih nanya lagi. “ Siapa saudara kembarnya Pandawa?”
Langsung aku jawab, “Nakula Sadewa.” Bapak itu masih nanya lagi, “Siapa ibunya
mereka?”
“Gak tahu pak. Bener pak
kita gak tahu.” Biar cepet selesai maksudnya. Hahaha. Terus bapak itu jawab,
“Namanya ..... Nonton Mahabarata gak?”
“Nggak pak,” jawabku. “Kenapa?”
“Gak ada tivi pak di kos,”
padahal sebenarnya mau jawab gak suka. Tapi ditahan saja, jaga perasaan fren.
:D. “Nah, itu. Kalau mau tahu tonton saja Mahabarata.” Akhirnya closing juga. Hehehe. “Iya pak,” kataku. Lalu bapaknya
masuk kantor, kita berdua lanjut jalan. Si Luluk yang dari tadi diem akhirnya
angkat bicara.
“Owh, Mahabarata itu
nyeritain yang bapaknya tadi bilang itu ya?”
“Yo’i Luk. Payah lu kaga’
ngerti.”
“Ya sori,” jawabnya.
Demikian perjalanan
singkat nan irit tapi hepi banget buat
kita bertiga di Balekambang. Besok, kemana lagi ya?
Ini Partini Tuin |
Ini dia Partinah Bosch |
Replika (patung) siapa ni kira2 fren? |
salah satu sudut Taman Balekambang |
Komentar
Posting Komentar