Muhammad
Iqbal lahir di Sialkot, salah satu kota tua bersejarah di Punjab, pada tanggal
22 Februari 1873 atau pada bulan Dzulhijjah 1289 H. Nenek moyangnya adalah
orang-orang Brahmana dari lembah Kasymir yang telah masuk Islam kira-kira 3
abad sebelum Iqbal lahir. Nenek moyang Iqbal masuk Islam dibawah bimbingan Syah
Hamdani, seorang tokoh kaum muslim pada waktu itu. Kakek Iqbal sendiri berasal dari
desa Luhar, Kasymir Punjab.
Pada tahun 1908, Iqbal, doktor
lulusan Universitas Munich Jerman ini kembali ke Lahore, ia bekerja sebagai pengacara
dan dosen filsafat. Bukunya adalah
kumpulan dari ceramah-ceramahnya di beberapa Universitas di India dan merupakan
karya terbesar di bidang filsafat.
Muhammmad Rafiq, kakek Iqbal tinggal
di Sialkot dengan tiga saudaranya. Salah satunya adalah Syaikh Ramadhan. Ia
adalah seorang sufi yang banyak mempunyai karya dalam bahasa Persia. Ayahnya,
Muhammad Nur adalah seorang pegawai negeri yang kemudian menjadi pedagang. Ia merupakan
seorang muslim yang saleh dengan kecenderungan kepada tasawuf. Kedua
orang tua Iqbal terkenal dengan kesalehan dan ketaqwaan mereka.
Pada waktu kanak-kanak Iqbal, memulai masa pendidikannya pada ayahnya yang dikenal ulama. Kemudian Iqbal mengikuti pelajaran Al-Quran dan pendidikan Islam secara klasik di maktab. Selanjutnya, Iqbal dimasukkan oleh ayahnya ke Scotch Mission College di Sialkot agar mendapatkan bimbingan dari maulawi Mir Hasan, teman ayahnya yang ahli bahasa Persia dan Arab.
Pada waktu kanak-kanak Iqbal, memulai masa pendidikannya pada ayahnya yang dikenal ulama. Kemudian Iqbal mengikuti pelajaran Al-Quran dan pendidikan Islam secara klasik di maktab. Selanjutnya, Iqbal dimasukkan oleh ayahnya ke Scotch Mission College di Sialkot agar mendapatkan bimbingan dari maulawi Mir Hasan, teman ayahnya yang ahli bahasa Persia dan Arab.
Pada tahun 1895, Ia pergi ke Lahore,
salah satu kota di India yang menjadi pusat kebudayaan, pengetahuan dan seni. Di kota ini dia bergabung dengan
himpunan sastrawan yang sering diundang musya’arah, yakni
pertemuan-pertemuan para penyair membacakan sajak-sajaknya. Di kota Lahore ini,
sambil melanjutkan pendidikan sarjananya, ia belajar filsafat di Government
Collage.
Pada
tahun 1897, Iqbal meraih gelar B.A., dengan memperoleh beasiswa dan medali emas
karena baiknya bahasa Inggris dan bahasa Arab. Kemudian ia mengambil program
M.A. dalam bidang filsafat, dan lulus pada tahun 1899. Pada saat itulah, ia bertemu
dengan Sir Thomas Arnold (orientalis Inggris yang terkenal) yang mengajarkan
filsafat Islam di College tersebut. Di sini dia menjadi mahasiswa kesayangan Sir
Thomas Arnold. Karena pengaruh Mir Hasan dan Sir Thomas Arnold,
pemikiran-pemikran Iqbal terbentuk. Dari Mir Hasan, ia dibawa untuk mencintai
nilai-nilai Timur, dan dari Thomas Arnold, ia dibawa untuk menghargai disiplin
barat.
Atas nasehat Sir Thomas Arnold, pada
tahun 1905 Iqbal berangkat ke Eropa untuk melanjutkan pendidikannya dalam
bidang filsafat barat di Trinity College dari Universitas Cambridge
sambil menghadiri kuliah-kuliah hukum di Linkoln’s Inn, London. Dari Inggris
Iqbal pergi ke Jerman, di mana ia memperoleh gelar Doktor dengan disertasinya
The Development of Metapysics in Persia pada tahun 1907, dibawah bimbingan
F. Hommel. Selama di Eropa ia bertemu dengan filosof seperti Niezsche,
Whitheheade, dan Bergson.
Pada tahun 1930, ia memasuki bidang
politik dan menjadi ketua tahunan Liga Muslim di Allahabad. Dalam Liga
Muslim itu ia berkenalan dengan Quaidi Azam Ali Jinnah, pencetus gagasan
didirikannya negara Pakistan. Kemudian
pada tahun 1931 dan 1932, ia ikut Konferensi Meja Bundar di London yang
membahas konstitusi baru bagi India. Pada bulan Oktober tahun 1933, ia jatuh
sakit dan bertambah parah setelah istrinya meninggal dunia pada tahun itu pula,
dan ia meninggal pada tahun 1938, sekitar 10 tahun menjelang berdirinya Pakistan.
Semasa hidupnya, Iqbal telah menelurkan beberapa karya ilmiah. Karya-karya Muhammad Iqbal dapat dikelompokkan dalam tiga
bahasa, yaitu:
1.
Bahasa
Persia
Ø Asrari-Khudi,
Lahore 1915. Merupakan karya pertama, dimana Iqbal membicarakan tentang diri
manusia (human ego).
Ø Rumuz-i-Bekhudi,
Lahore 1918. Karya ini merupakan tambahan bagi Asrar-i-Khudi dan mambicarakan
tentang masalah individu dalam hubungannya dengan masyarakat.
Ø Zabur-i-Ajam,
Lahore 1927. Karya ini terdiri atas dua bagian. Bagian pertama terdiri dari
Ghazal. Bagian kedua berjudul kebun mawar baru dari rahasia-rahasia, dirangkai
menurut bentuk Gulisyami-Razdari Muhammad Syabistan, sebagai jawaban terhadap
sembilan pertanyaan dari seorang sufi.
2.
Bahasa
Urdu
Ø Ilmu al-Iqtisod,
Lahore 1903. Karya Iqbal yang pertama dari karyanya yang berbahasa Urdu,
membicarakan tentang ilmu ekonomi.
Ø Bang-i-Dara,
Lahore 1924. Kumpulan syair-syair yang berbahasa Urdu.
Ø Zarb-i-Kalim,
Lahore, 1936. Kumpulan syair-syair dimana Iqbal meminjam dan mengecam berbagai
aspek dari kehidupan modern.
3.
Bahasa
Inggris.
Ø Development of Metaphysics, London, 1908. Merupakan sumbangan sejarah filsafat Islam,
disampaikan dalam bentuk thesis untuk memperoleh titel Ph. D. pada universitas
Munchen, diterbitkan oleh Luzac, London, 1908.
Ø The Reconstruction of Religious Thought in Islam, Lahore, 1934. Dalam buku ini Iqbal mencoba membangun kembali
filsafat Islam dengan memerhatikan tradisi-tradisi filosofis yang ada
didalamnya dan perkembangan-perkembangan terakhir dalam berbagai bidang
pengetahuan.
Referensi:
A. Mustofa. 1997. Filsafat Islam. Pustaka Setia: Bandung.
Ayi Sufyan. 2010. Kapita Selekta Filsafat. Pustaka Setia: Bandung.
Nurisman dkk. 2013. Dinika IAIN Surakarta, 2013. Mailing
Address: Sukoharjo.
Rosihon Anwar, Abdul Rozak. 2001. Ilmu Kalam, 2001. Pustaka
Setia: Bandung.
Widyastini. 1991. Unsur-Unsur Filsafat Islam. Kota Kembang: Yogyakarta.
Komentar
Posting Komentar