Langsung ke konten utama

Belajar bersama 99 cahaya di Langit Eropa


Membaca karya Hanum Salsabila Rais dan Rangga Almahendra seakan mendapatkan pelajaran baru, terutama tentang sejarah Islam khususnya di Eropa. Ada mungkin beberapa hal yang belum pernah kita dengar sebelumnya. Dengan perjalanan mereka yang direkam dalam sebuah novel, buku ini mampu menyajikan sisi lain yang awesome di Eropa. Terutama tentang bagaimana kejayaan Islam di masa lalu dan pengaruhnya bagi Eropa, kehidupan Muslim di bumi Eropa saat ini, dan bagaimana memaknai hidup ketika seorang Muslim harus hidup di kalangan Muslim minoritas.

Betapa beruntungnya kita sebagai muslim. Karena beratus tahun yang lalu, agama yang kita yakini ini benar-benar menjadi agama yang memberikan cahaya di langit Eropa. Dan kemajuan Eropa yang dituai saat ini, itu tidak lepas dari jasa tangan-tangan Muslim. Betapa beruntungnya kita.

Tetapi, sekarang keadaan telah berbalik. Bukan Islam lagi yang menghiasi Eropa. Tapi, ada sesuatu hal lain yang mengharuskan Islam harus mundur dari Eropa meskipun sebenarnya tidak benar-benar mundur.

Tidak bisa kita pungkiri, peradaban Islam mengalami kemunduran selama beberapa abad terakhir. Di tengah retorika teriakan jihad untuk memerangi negara-negara barat, kita dihadapkan pada suatu realitas: tidak ada satupun Negara Islam yang memiliki kemampuan teknologi untuk melindungi dirinya sendiri saat ini. Demikian yang diungkapkan Hanum Salsabila Rais.

Dan hal mudah yang mungkin sulit dilakukan adalah menjadi agen muslim yang baik. Seperti kata  Fatma, muslim dari Turki. Dengan melakukan hal tersebut, paling tidak kita telah ikut menyebarkan bahwa Islam adalah agama rahmatan lil ‘alamin.

Dan  untuk  yang  terakhir, akan aku kutipkan beberapa sejarah Islam yang ada di novel 99 Cahaya di  Langit Eropa.

Ø  Lukisan Bunda Maria dan Bayi Yesus

Di Museum Louvre khususnya  di Painting Department, Denon Wing. Di sana terdapat
lukisan Bunda Maria yang sedang menggendong bayi Yesus. Lukisan ini bertuliskan Viergea’ I’Enfant-The Virgin and the Child: Ugolino di Nerio 1315-1320. Sehelai kain hitam putih tersampir di kepala Bunda Maria. 

Keistimewaan dalam lukisan ini adalah terdapat inskripsi  Arab di kain hijab Bunda Maria. Jenis tulisannya adalah Pseudo Kufic, yang biasanya ditulis oleh non muslim yang mencoba meniru inskripsi Arab. Jika dilihat dari nama pelukisnya yang seorang Italia, jelas dia bukan Muslim. Dan tahukah teman, tulisan apa yang ada di hijab Bunda Maria? Tulian itu adalah laa ilaaha illallah.

Ø  Tulip

Simbol pariwisata Turki adalah bunga tulip. Mengapa? Bukan karena Turki bangga dengan bunga dari Belanda yang selama ini kita ketahui. Tapi, tulip merupakan bunga asli Anatolia, Turki dan sebagian Asia Tengah. Tulip menjadi semakin popular saat Ottoman melancarkan invasi ke negara-negara Eropa. Termasuk ketika kapal-kapal Ottoman berlabuh di Belanda. Tidak ada satupun negara yang melirik  tulip untuk dikembangkan, kecuali Belanda. Di Belanda-lah bunga-bunga ini dikembangkan jadi lebih menarik dalam berbagai warna karena peran teknologi.

Ø  Harem

Seperti yang diketahui oleh kebanyakan orang, adalah tempat para sultan atau raja memadu kasih dengan paraselir. Kenyataannya? Harem adalah tempat yang dikhususkan bagi para permaisuri atau istri-istri sultan. Hanya saja sekarang ini interpretasi masyaraka tdunia  tentang  Harem begitu negatif, seolah-olah Islam hanya mengagungkan poligami. Harem mempunyai arti “haram” atau yang disucikan atau disakralkan. 

Jadi, sesungguhnya Harem bukanlah tempat yang berkonotas iburuk. Sultan membangun khusus tempat ini untuk menjunjung tinggi harkat para perempuan. Orang-orang yang bukan terhitung muhrim sultan tidak diperbolehkan masuk ke Harem. Inilah yang membuat harem seolah-olah tempat yang penuh misteri.

Ø  Hagia Sophia

Jika di Cordoba terdapat Mezquita, yaitu masjid yang telah berubah menjadi gereja, maka di Turki terdapat Hagia Sophia, yaitu gereja yang telah berubah menjadi masjid. Perbedaan lainnya adalah hagia Sophia berubah menjadi museum sejak Mustafa Kemal Atatürk berkuasa dan mengenalkan sekularisme ke Turki.

Biarlah bangunan itu menjadi saksi bahwa Islam pernah berjaya, namun tetap menghormati keberadaan agama lain. Biarlah Hagia Sophia tetap hidup menjadi museum saja, bukan rumah ibadah. Dengan menjadi museum, semua perasaan terjajah atau menjajah menjadi lebur. Demikian kata Fatma.

Harapan selanjutnya adalah semoga di masa mendatang Mezquita dapat seperti Hagia Sophia. Menjadi Museum. Dengan begitu, seperti kata Fatma, perasaan menjajah atau terjajah menjadi lebur.

Ø  Mezquita

Di dalam Mezquita, arah mihrab di dalmnya tidak sepenuhnya menghadap kiblat di Mekkah. Seharusnya mihrab itu dibangun sedikit miring ke tenggara. Tapi mihrab di Mezquita terlalu lurus ke selatan. Bukan karena Sultan tidak mengetahui secara persis di mana arah kiblat. Lalu?

Sultan Al-Rohman sangat menyadarinya dan sengaja membuatnya seperti itu. Alasan Sultan adalah di sebelah masjid terdapat gereja yang sudah terlebih dahulu berdiri di situ. Jika memaksakan mihrab ke arah tenggara, mau tak mau gereja kecil itu harus dirobohkan. Sultan tak mau melakukan hal itu. Dan meski mihrab dibangun ke arah selatan, pada praktiknya orang-orang tetap sholat sedikit ke tenggara. Sehingga esensi arah kibat ke Mekkah tak tergadaikan begitu saja hanya karena letak dinding gereja. Cara berpikir yang bijak, bukan?  

Nah, demikian beberapa hal yang dapat kita ambil pelajaran dari 99 Cahaya di Langit Eropa. Untuk lebih lanjut, teman-teman dapat membaca novelnya atau menonton filmya.

Never ending study,

^_^

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berbagi Itu Indah

 

Semarang on Christmast Day: Memory on Des 25, '14

nemu temen baru... ;-) Traveling pakai kendaraan pribadi itu udah biasa, yang luar biasa kalau traveling pakai kendaraan umum dan lebih amazing­ -nya lagi, kita belum pernah menapakkan kaki di tempat tersebut. Sekali-kali keluar dari zona nyaman kenapa tidak :D Sebenarnya, perjalanan ini udah tahun kemarin waktu tanggal 25 Desember 2014. Tapi, baru bisa bagi pengalamannya sekarang :D Waktu itu kita mengunjungi tiga tempat, yaitu Kota Lama, Lawang Sewu, dan Klenteng Sam Poo Kong. Kalau aku pribadi, untuk ke Semarang,   ini bukan pertama kali, sudah berkali-kali. Yang buat jadi pertama kali adalah ini pakai kendaraan umum. Biasanya rombongan gitu, jadi gak ikutan mikir rute. Terserah sopirnya mau bawa ke mana. Untuk itulah perjalanan kali ini wajib mengandalkan GPS atau tanya ke orang biar kita gak tersesat :D Dari Kartasura ke Semarang, kita turun di terminal Terboyo. Wisata terdekat dari sini yaitu Kota Lama. Buat temen-temen yang traveling ke Semarang pakai kend...

Unforgetable: Sheila on 7 Concert

Tulisan ini sebagai memori di 23 Desember 2015 sekaligus sebagai ucapan terimakasih buat temenku , Emud, yang udah bayarin nonton konser Sheila on 7. :-D Aku sendiri sebenarnya gak terlalu suka nonton konser. Alasannya simpel. Gak pengin desek-desekan, dan nonton konser itu kita gak terlalu jelas lihat penyanyinya when he/she sings on the stage . Apalagi yang dapat tempat belakang. Akhirnya sama juga lihatnya lewat layar. Kalau udah begitu, mending nonton di TV atau di Youtube. Haha. Ini bukan yang pertama si, actually . Waktu 2014 juga pernah nonton perform dari hip hop ambassador dari Amerika.  Yeah, I love hip hop music, cz I like rapp so much . Dan nontonnya pake duduk kaya’ kelas VIP, so i was ok with it . Hehe. Tapi, nonton konser itu ada kebahagiaan tersendiri sebenarnya. Dan rasa itu seperti kita telah menghargai karya orang lain dengan menonton perform nya (nonton langsung). ***